top of page

Kesaksian Sylviati Tjandraprawira

Diperbarui: 7 Feb


Nama saya Sylviati Tjandraprawira, usia 66 tahun, single parent. Saya dikaruniai dua anak, dua menantu, dan tiga cucu.


Sejak bayi saya sudah dibaptis percik dan tanpa saya sadari, sebenarnya sejak dini Tuhan sudah beracara di dalam kehidupan saya. Ayah saya tidak pernah mau ke gereja sampai suatu saat ketika saya berusia 3 bulan, perut saya membesar dan harus dioperasi. Saat itu Ibu saya berkata kepada Ayah saya, “Kalau kamu sayang anak ini, pergilah ke gereja, supaya anak ini tidak mati.” Karena ayah menyayangi saya, ia bersedia pergi ke gereja.Di kemudian hari, Ayah menjadi aktivis gereja hingga akhir hidupnya di usia 86 tahun.


Sejak usia dini hingga dewasa dan menikah, saya banyak mengikuti kegiatan rohani. Tetapi di tahun 1993, setelah 13 tahun menikah, saya terpaksa memilih berpisah dari suami yang menyebabkan saya dianggap sesat oleh gereja tempat di mana saya berjemaat.Anggapan ini timbul karena saya dianggap sudah mengetahui Firman bahwa apa yang dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia, kecuali maut yang memisahkan, namun saya tetap memilih untuk bercerai. Dan hal ini mendatangkan hukuman bagi saya, selama dua tahun saya tidak diijinkan mengikuti perjamuan kudus. Saya juga diminta berjabatan tangan dengan suami di hadapan pendeta dan majelis sebagai tanda saya sudah mengampuni suami.


Kejadian perpisahan dengan suami sampai perdamaian kembali dengan keluarga barunya ditulis dalam “Buku Harian Rohani pertama”. Tuhan memampukan saya bersama kedua anak hadir pada saat mantan suami menikahi istri barunya, di gereja yang sama saat saya menikah dulu. Ini sebenarnya merupakan pukulan yang sangat luar biasa bagi saya yang pada akhirnya mendorong saya untuk terus mencari kebenaran.


Saya berpindah dari satu gereja ke gereja lain, dari gereja karismatik sampai gereja profetik. Saya mempelajari dunia roh karena Allah adalah Roh. Tetapi, segala macam kegiatan dan pelayanan di dalam maupun luar kota, luar pulau, luar negeri, bahkan kunjungan ke Israel setiap tahun, dan bacaan Alkitab sekian putaran, ternyata justru membuat saya menjadi jenuh dan tiba di satu titik di mana saya tidak ingin lagi berbuat apapun.


Di saat itulah saya diajak oleh teman untuk belajar “Anugerah”. Saya menghadiri seminar yang diadakan oleh Charis Jakarta, tetapi ini tidak membuat hati saya tergerak. “Ah, ini hanya salah satu bentuk kegiatan rohani lain saja,” gumam saya. “Yuk Bu Sylvi, kita ikut aja, toh kita lagi nganggur.” Demikian ajakan teman saya untuk bergabung di Charis. Kami akhirnya mendaftar untuk kelas pemuridan di Charis dan setiap hari Sabtu, dua kali sebulan, saya datang ke Jakarta untuk mengikuti kelas.


“Alkitab yang sama dengan pemahaman yang sangat berbeda.” Pertama kali mendengar istilah tipologi bahwa semua dosa kita yang dulu, sekarang, bahkan yang akan datang sudah diampuni, saya seperti baru mendengar hal ini, lalu kemana saja saya selama ini? Pemahaman akan pengampunan ini membuat saya sekarang berani berkata bahwa saya adalah kebenaran-diri Allah di dalam Yesus Kristus.


Dahulu, bila ingin mengambil perjamuan kudus, dua minggu sebelumnya saat kartu perjamuan kudus dibagikan, saya langsung diingatkan untuk memeriksa dosa saya, apakah ada dosa yang belum diampuni.


Berbeda sekali dengan pengajaran di Charis. Saya bersyukur, selain pengampunan, banyak pemahaman baru yang juga saya terima. Kalau pun ada pemahaman yang berbeda dari para pengajar, hal tersebut tidak membuat kita bingung, karena kita semua sudah diperlengkapi dengan Roh Kudus. Kita bisa bertanya langsung kepada Roh Kudus, menjadi dewasa dalam memilih, tanpa intimidasi dan tanpa paksaan.


Saat paling menyenangkan adalah saat sesi tanya-jawab. Bertanya harus menggunakan dasar ayat Alkitab, sebaliknya, jawaban pun diberikan dengan dasar ayat Alkitab. Jujur, saya bingung sekaligus kagum, bagaimana Pak Irwan dapat menghafal ratusan ayat untuk menjawab pertanyaan kami. Jadi, kalau saya tidak hadir di kelas pemuridan Charis, saya merasa sangat rugi. Puji Tuhan, saya merasa seperti didaur-ulang menjadi ciptaan yang baru dengan segala pemahaman yang baru. Jangan ragu bila ada keinginan untuk ikut pemuridan di Charis.


Terima kasih kepada Bapak Irwan dan Ibu Angeline yang membantu setiap murid mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai kebenaran Firman Tuhan. Inti pengajaran Charis adalah Karya Agung Tuhan Yesus di kayu salib.

Semoga kesaksian ini menjadi berkat bagi kita semua. Tuhan memberkati!

528 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page