top of page

Kesaksian Yuliadi

Diperbarui: 23 Nov 2020



Setahun yang lalu saya merasakan kesemutan di kaki saya. Sebagai orang Kristen, saya menumpangkan tangan di atas kaki saya, memerintahkan rasa kesemutan untuk pergi dan kesembuhan atas kaki saya dalam nama Yesus. Dua bulan berlalu, tetapi gejala yang saya rasakan tidak hilang juga dan akhirnya saya pergi ke dokter. Dokter kemudian meminta saya untuk melakukan test MRI & hasilnya menunjukkan ada saraf terjepit di pinggang.


Dokter bertanya, apakah saya pernah melakukan olahraga atau sit-up sebelumnya dan saya teringat bahwa beberapa hari sebelum gejala kesemutan muncul, saya melakukan sit-up. Dokter menyarankan untuk melakukan fisioterapi sebanyak 12x dan tidak lagi melakukan aktivitas berat lainnya utk sementara waktu.


Saya tahu bahwa kesembuhan adalah milik saya dan sudah ada di dalam roh saya, tinggal bagaimana kesembuhan itu mengalir ke tubuh saya. Setiap hari saya terus membaca Alkitab, membaca buku tentang healing, nonton kesaksian tentang kesembuhan, memperkatakan Firman, menumpangkan tangan dan memerintahkan penyakit untuk keluar dari tubuh saya, tetapi kesembuhan itu belum termanifestasi juga. Saya berpikir, mungkin iman saya “tidak sampai” jadi saya mencari orang lain yang imannya lebih “kuat”. Saya minta didoakan oleh beberapa orang termasuk teman-teman di Charis, dan Hamba Tuhan di kebaktian kesembuhan yang saya kunjungi.


Saya mulai kehilangan semangat karena belum juga mengalami kesembuhan, terlebih ketika anak saya yang berumur 5 tahun meminta saya untuk menggendongnya dan saya tidak bisa memenuhi permintaannya. Kondisi ini membuat hati saya menjadi sakit, seperti tertulis dalam kitab Amsal 13:12, “tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.”


Saya terjebak dalam penyesalan karena melakukan sit-up. Setiap kali mengingatnya, saya menjadi sedih dan murung. Akan tetapi saya mulai sadar, dengan bersikap seperti ini saya justru sedang menghukum diri saya sendiri.


Kemudian saya menemukan ayat dalam Mazmur 142:3, “Ketika semangatku lemah lesu dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku. Di jalan yang harus kutempuh, dengan sembunyi mereka memasang jerat terhadap aku.”


Tidak lama kemudian, gejala lain pun mulai timbul seperti mata kering, tulang ngilu, dada, lengan kanan, dan jari-jari tangan sakit, serta tangan gemetaran. Tubuh saya pun terasa sangat lemah.


Kondisi saya kian memburuk. Saya ingat pengajaran dari Pak Irwan (Direktur Charis Jakarta) bahwa di saat kita sakit, apabila motivasinya bukan untuk sepakat dalam doa, kita tidak perlu memberitahu orang lain atau mengucapkan gejala yang kita rasakan. Semenjak saat itu saya berencana untuk mengambil cuti dan mulai mendelegasikan pekerjaan saya ke orang lain. Di dalam hati saya percaya bahwa dengan membangun keintiman dengan Tuhan, saya pasti sembuh.


Suatu pagi, saya mendengar Tuhan berkata dalam hati saya, “Aku tahu kok kamu bakal sit-up.” Bagi saya, kalimat itu seperti kata-kata yang baru, walaupun secara mental kita tahu bahwa Tuhan tahu segalanya. Saat mendengar kalimat itu, saya seperti mendapat pengertian yang baru, seolah-olah Tuhan berkata kepada saya, “Apapun kesalahan dan kebodohan yang kamu lakukan, Aku sudah membayar semuanya. Aku juga sudah menyediakan solusinya. Kematian Yesus sudah jauh lebih dari cukup.”


Puji Tuhan, sejak saat itu hati saya berubah. Saya berhenti “menghukum diri”. Saya mulai mensyukuri hal-hal yang masih bisa saya lakukan. Puji Tuhan, kondisi saya mulai membaik dan semua gejala yang saya rasakan itu, hampir semua telah hilang. Kesemutan pun sangat sedikit sekali. Energi saya juga sudah kembali normal dan saya percaya kesembuhan terus bekerja di dalam saya.


Melalui pengalaman ini saya belajar beberapa hal yaitu:


1. Jika jiwa tidak makmur, tubuh akan tidak sehat (3 Yohanes1:2).

2. Kehendak manusia itu sangat kuat.

3. Pentingnya untuk mengampuni diri sendiri.

4. Saya terjerat oleh iblis melalui hati yang sakit, rasa bersalah, takut, dan patah semangat, tetapi Tuhan melepaskan saya (2 Timotius 2:26 )

5. Kesibukan membuat hubungan kita “ala kadarnya” dengan Tuhan.

Jika kita putus asa, maka tubuh kita pun menjadi tidak sehat (Amsal17:22b).


Puji Tuhan, Tuhan sangat baik, Tuhan sangat mengasihi kita. Semuanya karena Anugerah-Nya. Semua kemulian hanya bagi Dia.








982 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page